Rabu, 12 Desember 2012

Kontemplasi 12-12-12





Kontemplasi 12-12-12
 
                                    
                                            Tawa dan Tangis

Suatu kali saya sedang bersedih. Tiba-tiba di ruangan sebelah terdengar suara gelak tawa. Tentu saja itu sangat menyakitkan hati. Kali lain saya sedang berbahagia dan tertawa. Namun ada orang di sekitarku yang menunjukkan ekspresi sedih sehingga itu mengganggu bahagiaku.
Jadi, kadangkala tertawa maupun menangis yang asalnya mubah bisa juga mengganggu orang sehingga entah hukumnya menjadi apa. Makanya, hati-hati dengan tawa dan tangismu!
 



Belajar dari buah-buahan

Aku sering menerima rejeki berupa buah-buahan di rumah. Waktu itu aku menerima pemberian jagung dari salah seorang karyawan. Terlalu tua, sehingga sudah keras. Di hari lain, aku menerima kedondong. Terlalu muda, sehingga masih keras. Pernah juga aku menerima kelapa, yang sudah tua. Jadinya keras sekali. Aku juga pernah mendapatkan buah alpukat yang masih muda, jadi daging buahnya masih keras.
Maka aku menyimpulkan, buah-buahan mempunyai sifat berbeda-beda. Ada yang semakin tua semakin keras, ada yang setelah tua melunak. Manusia pun begitu. Ada yang ketika masih muda berwatak keras, dan setelah tua menjadi manis dan santun. Sebaliknya, banyak pula yang ketika mudanya lemah lembut, tapi karena berbagai cobaan wataknya menjadi sangat keras.
Nah, kita termasuk golongan yang mana?

                                                  
Belajar dari Arloji (Mengutip dari sebuah status di FB)


Suatu hari, ada seorang petani yang menyadari bahwa ia telah kehilangan arlojinya di gudang yang penuh jerami. Itu bukan arloji biasa karena ia mempunyai banyak kenangan bersama benda itu.
Setelah mencari di antara tumpukan jerami, ia menyerah & meminta bantuan dari sekelompok anak-anak yang bermain di luar gudang. Dia berjanji kepada mereka bahwa orang yang menemukan benda itu akan diberi hadiah. Mendengar ini, anak-anak bergegas ke gudang, membongkar tumpukan jerami tapi masih tidak bisa menemukan jam tangan.

Tepat ketika petani hendak menyerah mencari arlojinya, seorang anak kecil mendekatinya dan minta diberi kesempatan lagi. Petani itu menatapnya & berpikir, "Mengapa tidak? Anak ini terlihat tulus." Jadi petani mengirimkan anak kecil kembali di gudang. Setelah beberapa saat anak kecil keluar dengan arloji di tangannya! Petani itu bahagia sekaligus terkejut ... Dia bertanya pada anak itu bagaimana dia berhasil ketika yang lain gagal ... Anak itu menjawab, "Aku tidak melakukan apa pun selain duduk di tanah & mendengarkan. Dalam keheningan, aku mendengar detak jam *...* lalu hanya menoleh ke arah itu."

Pesan Moral: Sebuah pikiran yang damai dapat berpikir lebih baik daripada pikiran yang gusar. Biarkan beberapa menit keheningan untuk pikiran Anda sehari-hari, dan lihatlah betapa tajam pikiran dalam keheningan itu akan membantu Anda untuk mengatur hidup dengan cara yang lebih baik...!

♥ ● • 0 · ˙ ˙ ˙ ˙ · · · 0 • ● ♥
 
Mencari Tuhan


Mendengar istilah itu, entah mengapa pikiranku langsung membayangkan sebuah ritual ibadah yang dilakukan oleh seorang lelaki lanjut usia. Berjenggot panjang memutih, mengenakan surban dan pakaian serba putih, memejamkan mata sambil memegang tasbih kayu yang mengkilap karena sering diputar, dan menggeleng-gelengkan kepala sambil komat kamit di atas sajadah.
Kemudian aku berpikir, apakah hanya orang seperti itu yang dapat atau boleh mencari Tuhan? Sedangkan makhluk-Nya sangatlah majemuk. Ada lelaki, ada perempuan. Bahkan dalam istilah perkelaminan modern saat ini ada istilah waria maupun wanita yang androgini. Apakah hanya kaum lelaki saja yang bisa mencari Tuhan? Wanita pun pasti bisa asalkan punya kemauan. Pun juga waria dan wanita androgini,asalkan berniat tulus. Dan kebanyakan pada akhirnya pencarian yang dia lakukan membawanya ke fitrah sebagai pria sejati, atau kembali menjadi wanita tulen. Tapi, sebagai wanita aku sendiri merasa ragu. Bisakah aku menemukan Tuhan di sela-sela waktu nonton tv? Waktu memasak? Menyuapi dan memandikan anak? Dimana semua pekerjaan itu diiringi canda atau omelan-omelan yang barangkali semakin menjauhkanku dari dzikir dan berpikir tentang Tuhan.
Kemudian, soal usia pencari Tuhan. Haruskah menunggu tua dan segala rambut memutih? Padahal ajal tidak mempunyai standard umur tertentu. Bagaimana bila ajal menjemput dan belum kutemukan Yang kucari? Simpelnya, ya harus dimulai sekarang. Mudah sekali direncanakan. Tapi harus bagaimana jika sekarang kumulai? Harus kemana? Ke masjidkah? Sedangkan mengaji di rumah saja tidak sempat. Mushaf berdebu karena tak tersentuh. Shalat pun terkejar-kejar  tanpa tuma'ninah. Tuhaaaan....!! bagaimana cara mendapatkan-Mu?
Aku punya kisah menggelikan dalam khayalanku sendiri. Tentang anak seorang pelacur yang hidup di tengah lokalisasi. Tiap waktu dia melihat kemaksiatan, termasuk yang dilakukan ibunya sendiri. Namun tiap kali pula dia beristighfar memohonkan ampun buat ibu dan masyarakatnya. Ibadah yang dia lakukan sebatas yang dia tahu. Mengajinya tanpa tajwid karena hanya mengandalkan pelajaran a ba ta di sekolah darurat. Alkisah, dia ingin melanjutkan ke pesantren dengan alasan mencari Tuhan. Namun di sana justru dia mabuk dengan lingkungan barunya. Tidak lagi dia melihat kemaksiatan yang nyata. Sehingga dia pun sering lupa beristighfar. Waktu senggang yang di rumahnya dia gunakan menonton tv (yang didalamnya ada lagu, film, infotainment, maupun berita), sekarang digunakannya untuk mengobrol bersama kawan-kawannya. Ujung-ujungnya ke ghibah. Mengaji? Di waktu-waktu yang ditentukan oleh pengurus pondok sudah dilakukan. Jadi tidak ada istilah kerinduan pada Quran, karena terlalu seringnya bertemu.
Nah, jika demikian kejadiannya, maka mana tempat yang lebih baik buat dia untuk mencari Tuhan??

Rabu, 29 Agustus 2012

Praktik Menulis Kreatif


Mulailah Beraksi!



Menulis adalah sebuah keterampilan. Sebagaimana keterampilan lain, seseorang akan semakin mahir jika banyak praktek. Teori saja tidak akan cukup. Maka, jika Anda serius ingin menjadi penulis, mulailah beraksi! Berikut adalah tips-tips yang dapat menuntun Anda untuk membuat sebuah karya tulis.
A.      Tips memulai paragraf pertama
Paragraf pertama sangat menentukan, bagi penulis maupun pembaca. Bagi penulis, jika paragraf pertama dapat ditulis dengan lancar, akan membuatnya terus bersemangat menulis hingga akhir. Bagi pembaca, paragraf pertama yang bagus membuatnya bertahan membaca sampai tuntas. Kadangkala penulis bingung bagaimana memulai paragraf pertamanya. Maka cara-cara berikut ini bisa Anda terapkan.
1.      Memulai dengan pertanyaan
Misalnya Anda akan menulis tentang bahaya narkoba:
      Apakah Narkoba berbahaya? Tentu saja! Penelitian membuktikan bahwa Narkoba bisa membahayakan kesehatan. Tidak hanya itu, Narkoba juga berakibat buruk terhadap kepribadian pemakainya. Remaja yang memakai Narkoba….dst.
2.      Memulai dengan kutipan
Kutipan bisa diambil dari mana saja. Misalnya dari ayat Al-Qur’an, Hadits, kata mutiara, bahkan Syair. Misalnya Anda akan menulis tentang kegigihan seorang anak kampung untuk melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya, lalu menjadi sukses:
      Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Kiranya pepatah ini tepat untuk menggambarkan perjuangan Pak Hambali, Direktur Perusahaan ABCD. Banyak orang mengira tokoh yang satu ini berasal dari keluarga kaya raya di kota besar. Anggapan mereka salah. Hambali dulunya tak lain adalah seorang anak dari kampung terpencil, dari keluarga yang miskin pula. Semangatlah yang membuat beliau….dst.  
3.      Memulai dengan kejutan, bahkan ledakan
Cara ini banyak digunakan dalam fiksi untuk langsung menggugah pembaca. Jika menggunakan permulaan yang datar, pembaca akan bosan. Berbeda jika cara memulai sebuah kisah dengan cara berikut:
      “Tolooong…!” Sayup-sayup aku mendengar suara orang meminta pertolongan. Aku menoleh ke kiri dan kanan, mencari sumber suara. Betapa terkejutnya aku ketika pandanganku mengarah ke sungai yang mengalir deras di sebelah kiriku. Kulihat tangan kecil menggapai-gapai…dst.             

Banyak cara untuk memulai paragraf pertama. Yang terpenting adalah mulailah beraksi! Jangan terjebak oleh teori orang lain dan temukan cara Anda sendiri. Margaret Atwood, seorang Novelis terkenal dari Kanada berkata, “If I waited for perfection, I would never write a word.”
B.        Tips menahan pembaca
Untuk bisa menahan pembaca agar meneruskan bacaannya, cobalah posisikan diri Anda sebagai pembaca. Apa yang Anda sukai dari sebuah bacaan?
Antara lain:    -berisi informasi penting dan aktual hingga membuat penasaran
-menggunakan bahasa yang ringkas
-tidak mengulang-ulang kata, gunakan pilihan kata yang lain
-mengajak pembaca berbicara
-menghindari isyarat yang membuat ending tertebak
C.   Tips mengakhiri tulisan
Anda berkuasa atas tulisan Anda. Jadi, silakan Anda akan membuatnya selesai, atau menggantung dan membiarkan pembaca menemukan endingnya sendiri. Bisa juga ending berupa pertanyaan. Pembaca cerita sekarang kadang kritis. Mereka tidak ingin ending yang mudah ditebak atau yang berakhir bahagia begitu saja.
Sekarang, mulailah menulis! Biarkan tulisan Anda mengalir dan mengalir hingga selesai. Tulislah sebuah karangan yang utuh! Jangan takut salah, jangan pikirkan apa nanti kata orang! Begitu Anda selesai dengan sebuah tulisan utuh, maka nantinya akan menyusul karya-karya lainnya dengan lebih mudah,  
Insya Allah!