Brownies dan Lego
![]() |
Gambar dari https://indobrickville.com/everything-lego |
Dengan wajah masam,
Addun langsung nyelonong masuk ke rumah kontrakan Addin. Wajahnya kusut seperti
sedang menahan kekesalan. Melihatnya, Addin segera memberi minum lalu bertanya.
“Ada apa, sih? Kok
kayaknya lagi susah banget. Liburan masih panjang, lho!”
“Bukan susah, Din. Lebih
tepatnya aku kesal, emosi, marah, tapi gak berdaya.”
“Hm… ada apa, sih?”
“Gini nih, aku kan lagi
komentar di salah satu postingan tentang muallaf. Aku cuma nulis ucapan selamat
datang kepada saudara baru, dan selamat mendapatkan hidayah, gitu aja sih. Eh,
ternyata ada yang menanggapi, sepertinya dia nonis.* Katanya, ‘Apaan hidayah? Agama ribet banyak aturan’, begitu tulisnya. Aku kan kesel banget, tapi mau
membalas gak berdaya. Malah ada sedikit bisikan dalam hati, Eh, bener juga, ya.
Banyak sekali aturan dalam Islam”, kata Addun dengan jujur.
“Istighfar dulu, Dun…!”
“Astaghfirullah…! Iya,
aku sadar ini godaan setan. Akan tetapi, misalnya ada juga seorang muslim yang
berpikiran begitu gimana? Merasa ribet lah dengan banyak aturan, ibadah ini itu,
gak boleh ini itu…!”
“Oke, oke. Aku mau
ngajakin kamu masak brownies, lalu kita main lego. Kebetulan Lego yang aku
pesan sudah sampai dari kemarin, hanya saja belum sempat aku susun. Bantuin,
ya. Deal?”
“Din, aku ini serius
mau cari jawaban kok malah diajak masak-masak dan main-main.”
Namun, Addin seolah
tidak mendengarkan protes Addun. Dia malah keluar rumah dan mengambil motornya.
Mau tidak mau Addun pun ikut meski sambil bertanya-tanya apa maksud sahabatnya.
Tujuan pertama mereka
ada sebuah toko bahan kue. Addin mengambil dua paket bahan brownies berbeda
merk. Setelah itu, mereka kembali ke kontrakan Addin.
“Yuk, masak kue
brownies, Dun!” Ajak Addin.
“Aku gak bisa, lah Din.
Kamu sendiri bisa gak?” Addun balik bertanya.
“Sama, aku juga belum bisa,” jawab Addin dengan enteng.
“Lah terus ngapain kita
nekad? Ayo bawa ke rumahku ajalah, minta masakin ke Bunda!”
“Eit, tenang dulu. Ini
lho ada tutorial memasak di setiap kemasan. Kamu pilih merk A atau B?” tanya
Addin.
Addun membandingkan dua
kemasan yang sama-sama berisi bahan kue brownies. Dia membaca komposisi dan
cara memasak yang ada di sana, lalu memilih salah satunya.
“Kenapa milih yang
ini?” Tanya Addin menyelidik.
“Paket yang ini lebih
lengkap, tutorialnya lebih detil, takaran untuk tiap bahannya jelas banget, pembagian waktu untuk tiap prosesnya jelas.
InsyaAllah anti gagal, deh. Berbeda dengan yang satu lagi, gak jelas gitu.
Bisa-bisa malah menyesatkan.”
“Bagus…!” Addin hanya
berkomentar singkat. Addun sejenak bingung, kemudian asyik dengan resep di
depannya. Acara mempersiapkan kue pun sukses, hanya tinggal menunggu matangnya
brownies yang sedang dikukus. Mereka pun memasang alarm agar kue matang tepat
waktu, dan terhindar dari insiden kue gosong seperti di film-film.
Sambil menunggu
matangnya kue, Addin membuka kemas Lego yang baru dibelinya dan Addun merekam
proses itu. Rekaman ini sangat penting dalam proses buka kemas, agar jika
terdapat hal-hal yang tidak sesuai pesanan, konsumen mempunyai bukti untuk
mengajukan komplain.
Addin bersyukur karena
pesanannya komplit. Ada beberapa kantong plastik berisi potongan lego yang
dikemas sesuai kriteria tertentu dan diberi nomor urut, serta terdapat pula
buku petunjuk. Lego pesanannya bertema arsitektur bangunan modern di perkotaan,
lengkap dengan mobil, jalanan, dan berbagai rambu lalu lintas. Total ada 800-an brick yang harus disusun.
Tak lama kemudian
mereka asyik membentuk brick-brick lego itu menjadi berbagai macam bentuk.
Aktivitas mereka terjeda bunyi alarm, pertanda brownies sudah matang. Sambil
menikmati kue, mereka terus menyusun lego berdasarkan buku petunjuk.
![]() |
sumber gambar dari https://www.palmia.co.id/resep/camilan/brownies-kukus-coklat |
"Keren nih
rumah...!" Seru Addun setelah berhasil menyusun bangunan lantai dasar.
Pasti mahal ini harganya, Din." Komentar Addun yang hanya dibalas senyum
tipis oleh Addin karena dia sedang asyik menyusun sebuah bus tingkat.
Ketika Addun sedang
asyik menyusun bangunan lantai tiga, tiba-tiba Addin menyembunyikan buku
petunjuk. Addun pum bingung bukan kepalang. Lantai tiga bangunan yang harusnya
berisi kamar tidur, perpustakaan dan kamar mandi itu belum selesai dirakit. Dia
mencari-cari buku petunjuk itu ke bawah meja ruang tamu, kolong tempat tidur
Addin, bahkan ke dapur. Tempat sampah pun sempat diliriknya sekilas.
“Din, buku petunjuknya
mana?”
“Buat apa?” Jawab Addin
santai.
“Ya agar kita bisa
menyusun lego ini dengan tepat, sehingga tersusun rapi semuanya sesuai aturan.”
“Jadi, menurutmu petunjuk
dan aturan itu penting?”
“Ya iyalah…!”
“Tutorial untuk masak
tadi juga penting?”
“Ya iyalah, buktinya
kita bisa sukses memasak kue.”
“Nah, baru sebatas
membuat kue dan menyusun lego saja kamu menyadari betapa pentingnya aturan dan petunjuk yang detil. Bagaimana
dengan menjalani hidup di dunia ini?” Addin melemparkan pertanyaan sambil
menyerahkan buku petunjuk lego yang tadi dia sembunyikan.
Sejenak Addun terdiam,
berpikir. Setelah itu dia mengangguk-angguk mantap.
“Yes, aku sudah dapat
bahan untuk mendebat warganet tadi!”
“Stop, Dun. Sudah, gak
usah debat begitu. Ujung-ujungnya akan memancing cyberbullying dan hanya bikin rame yang unfaedah,” jelas Addin.
“Hm, gak janji juga ya
Din. Takutnya aku terpancing emosi, hehe.”
Setelah hari menjelang
sore, Addun pun pamit pulang dengan membawa sebuah pelajaran berarti, bukan sekedar
memasak brownies dan bermain lego.
Bangkalan, 21 November 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar