Senin, 07 Februari 2011

Aliran Sesat


Menyikapi Aliran Sesat

 Fera Andriani Djakfar

Belakangan ini, media cetak maupun elektronik sering memuat berita tentang bermacam aliran sesat yang ada di Indonesia. Sebagian mengklaim kelompoknya sebagai bagian dari agama Islam, namun ada pula yang memproklamirkan "agama"nya sebagai kelompok yang universal alias mengambil berbagai ajaran agama. Bagaimanakah kriteria aliran yang dianggap sesat? Sejauh mana batasannya? Dan bagaimana menyikapi aliran-aliran tersebut?

Bukan hal baru
Meskipun pemberitaannya baru merebak beberapa tahun terakhir ini, sebenarnya aliran-aliran sesat tidaklah sebelia usia eksposnya. Sebut saja aliran Ahmadiyah. Pendiri aliran ini adalah Mirza Ghulam Ahmad yang lahir di Punjab ketika India masih di bawah penjajahan Inggris. Bahkan gejala "nyeleneh" alias ingin mengotak-atik ajaran Islam yang asli telah eksis sesaat setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Seperti yang dipelopori oleh Musailamah al Kadzab yang menolak untuk membayar zakat, dan lain-lainnya.
Namun tidak dapat dipungkiri, ada juga aliran yang termasuk baru, karena baru ada sekitar satu dekade, bahkan kurang dari itu. Seperti ajaran yang dibawa Lia Aminuddin alias Lia Eden, al Qiyadah al Islamiyah, dan masih banyak lagi.

Batasan-batasan aliran sesat
Sebuah ajaran dapat dikatakan sesat apabila telah menyimpang dari garis lurus yang telah ditetapkan Allah. Perlu diketahui bahwa ajaran dasar agama Islam sudah mempunyai tatanan yang pasti dan sempurna, sesuai pernyataan Allah pada ayat terakhir yang diturunkannya, yaitu QS al Maidah:3.
pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.

Adapun jika kita menemukan perbedaan, pastilah dalam hal yang sifatnya cabang atau furu', bukan pada teori dasar agama atau ushul. Sebagai contoh, urusan shalat. Perintah shalat sudah ditetapkan dalam al Quran, dan penetapan 5 waktu yang wajib dilaksanakan sudah ditetapkan pula dalam hadits-hadits yang shahih. Namun apabila ada sedikit perbedaan  dalam tata cara pelaksanaan, itu hanyalah khilaf yang wajar, karena tiap madzhab punya alasan dan dalil sendiri yang sama-sama kuat. Jadi jangan sampai menuduh golongan yang cara mengangkat tangan, bacaannya tidak sama dengan kita, atau yang tidak melakukan sunnah tertentu sebagai golongan yang sesat. Karena perbedaan yang ada hanyalah dalam cabang ibadahnya. Berbeda dengan aliran al Qiyadah yang meniadakan shalat 5 waktu, barulah itu dapat disebut golongan yang sesat.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tolak ukur sesat tidaknya aliran yang menyebut dirinya bagian dari Islam adalah Rukun Islam. Apabila kurang dari itu meski sedikit saja, maka dapat dikatakan aliran tersebut sesat. Namun apabila aliran baru tersebut tidak mengatasnamakan Islam dan tidak mengaku sebagai bagian dari Islam, maka kita tidak punya hak untuk mengatakan paham itu sesat. Sebab melalui kaca mata kita sebagai muslim, aliran tersebut sama saja dengan agama atau kepercayaan lain yang telah ada selama ini. Sama saja dengan sikap kita terhadap agama Kristen, Hindu, Budha, dan lain-lain.

Mengantisipasi aliran sesat
Aliran-aliran ini tak ubahnya virus yang membahayakan. Jika iman kita tidak memiliki tameng dan kekebalan, akan mudah sekali terpengaruh. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa aliran-aliran ini selalu membawa iming-iming yang menggiurkan, baik yang berupa materi maupun ketenangan batin yang semu tak ubahnya narkoba. Bagaimana mereka melakukannya? Tak lain karena bantuan setan yang menghalalkan segala cara untuk menggoda manusia agar menyimpang dari jalan yang benar.
Kita tidak perlu menghantam mereka dengan kekerasan, selama mereka tidak memaksakan alirannya itu pada kita atau kerabat kita. Mengapa? Karena negara kita adalah negara hukum yang anti sikap main hakim sendiri. Di lingkungan kita juga ada norma, baik yang bersumber dari agama maupun adat istiadat leluhur. Sebagai muslim yang baik, kita harus taat pada perintah Allah, Rasulullah, dan Ulil Amri atau pemerintah.
Cara menyikapi aliran-aliran tersebut, tentu dengan sikap waspada dan kritis, diantaranya terhadap hal-hal berikut:

v     waspadai orang baru, pembawa ajaran baru yang isinya menyimpang dari kemurnian agama Islam.
v     apabila Anda berada di lingkungan baru, berhati-hatilah dalam memilih kelompok pengajian yang akan Anda ikuti.
v     belajarlah ilmu agama pada orang yang memang sudah diakui kredibilitasnya. -jika ingin memilih sebuah lembaga pendidikan agama, pilihlah sekolah atau pesantren yang sudah resmi terdaftar di Departemen Agama
v     jika Anda diundang ke tempat perkumpulan yang mencurigakan, waspadai hidangan yang disuguhkan pada Anda. Usahakan membawa minum sendiri, mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Karena hidangan tersebut bisa jadi salah satu jalan hipnotis yang ampuh
v     apabila ada saudara, kerabat, atau kawan yang "berubah" atau bertingkah aneh dan tidak wajar –dalam praktik beragamanya-, maka waspadalah. Ajak bicara dari hati ke hati. Bila terbukti dia telah mengikuti aliran sesat, usahakan dia kembali ke jalan yang benar. Mintalah bantuan pada orang tua, Ulama atau orang yang dapat dipercaya untuk membantu penyadarannya

Apabila segala antisipasi telah Anda lakukan dalam rangka menghindari aliran sesat ini, maka selanjutnya adalah sikap tawakkal dan menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah SWT. Percayalah bahwa Allah akan menjadi Penunjuk jalan yang lurus, sebagai jawaban do'a-do'a yang kita lantunkan dalam setiap al Fatihah.
Ihdinas shirathal mustaqiem...! (Fera Andriani Djakfar)

Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)


Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) dan Stimulasinya

Menurut Howard Gardner, seorang psikolog dari Universitas Harvard, dalam bukunya Frames of Minds, 1983 anak-anak memiliki tipe kecerdasan yang berbeda-beda. Maka hendaknya orang tua tidak menghakimi si anak dengan julukan "bodoh" atau semacamnya hanya karena dia tidak pandai berhitung, misalnya. Akan tetapi hendaknya orang tua banyak membaca dan mempelajari teori tentang parenting agar dapat menggali dan menstimulasi kecerdasan anaknya dari berbagai sisi lain.
  1. kecerdasan verbal linguistik
berkaitan dengan kemampuan menggunakan kata-kata dan memanfaatkan bahasa untuk mengekspresikan pengertian yang kompleks secara efektif. Kemampuan ini meliputi kemampuan mengeja, penguasaan kosa kata, tata bahasa, yang akan terekspresi lewat kemahiran mendengarkan, berbicara, menulis, dan membaca.
Stimulasinya: mengajak anak membaca bersama, memperhatikan dengan sungguh setiap pertanyaan anak sehingga anak terlatih untuk belajar mendengar, menyediakan buku cerita atau buku untuk menulis, mendorong anak untuk menceritakan pengalamannya, mengajak bermain scrabble bersama.
  1. kecerdasan logika matematika
merupakan ketrampilan mengolah angka, berhitung, mengerjakan operasi matematika yang kompleks, logika, pemecahan masalah, dan penalaran.
Stimulasinya: mengajak anak bermain kartu, catur, mengajak anak untuk melakukan eksperimen kecil, memperkenalkan sistem berhitung, memperkenalkan teknologi untuk berhitung.
  1. kecerdasan visual-spasial
merupaka kemampuan memvisualisasikan gambar, mencipta bentuk dua atau tiga dimensi, membuat kode-kode informasi yang berkaitan dengan ruang.
Stimulasinya: mengajak anak untuk menggambar, mewarnai, mengajak anak mengatur dekorasi ruangan, mengajak bermain puzzle, lego, menyediakan bermacam alat gambar, melatih membuat peta atau denah.
  1. kecerdasan kinestetik-jasmani
kemampuan mengkoordinasikan tubuh dan pikiran sehingga menghasilkan gerak yang sempurna, meliputi kemampuan koordinasi motorik, kemampuan menggunakan ketrampilan fisik.
Stimulasinya: mengajak anak melakukan olah raga, mengajak anak aktif menggerakkan badan, menari,  bermain drama, melatih anak menggunakan kemampuan jari tangan untuk membuat ketrampilan.
  1. kecerdasan musik
kecerdasan yang berhubungan dengan sensitifitas individu terhadap nada, melodi, ritme.
Stimulasinya: memperkenalkan lagu pada anak,  mendorong anak untuk menyanyi, bermain musik, mengajak anak ke konser atau pagelaran musik
  1. kecerdasan interpersonal
kemampuan memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain, kemampuan berempati, dan kemampuan memenej orang lain.
Stimulasinya: mengajak anak bermain bersama keluarga, mendorong anak bergaul dengan teman sebaya, melatih anak untuk merancang kegiatan bersama, melatih anak memberikan opini
  1. kecerdasan intrapribadi
kemampuan individu untuk memahami dirinya sendiri, menggunakan kemampuannya untuk mengembangkan diri.
Stimulasinya: menyediakan waktu khusus bagi anak untuk sendirian, mendorong anak menceritakan perasaannya, melatih anak untuk membuat catatan pribadi, memotivasi anak belajar mandiri, mendorong anak merancang target.
  1. kecerdasan naturalis
kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan mengenali dan memahami alam sekitar.
Stimulasinya: mengajak anak menikmati alam, mengajak anak berpetualang di alam, memperkenalkan berbagai flora dan fauna, tanda-tanda alam, memperkenalkan rasi bintang dan memanfaatkannya.


Dikutip dari buku WARNA-WARNI  KECERDASAN ANAK DAN PENDAMPINGANNYA, Tim Pustaka Familia