Jumat, 01 Juni 2012

Tips Menulis Kreatif


Menulis Kreatif; Apa dan Bagaimana?
Oleh Fera Andriani Djakfar

Di zaman modern ini, hampir setiap orang bisa menulis. Ibu rumah tangga menulis resep masakan, murid-murid menulis pelajaran, para pemakai ponsel menulis SMS, pengguna jejaring sosial menuliskan status, penulis membuat cerpen atau novel, wartawan menulis berita, dan banyak lagi contoh yang kita jumpai. Namun apakah semua bisa disebut menulis kreatif? Apakah mereka semua dapat disebut penulis? Belum tentu!
Menulis kreatif adalah proses menyusun kata-kata hingga menjadi sebuah karya yang utuh,  berdasarkan ide sendiri. Menulis kreatif dimaksudkan untuk menyampaikan sebuah pesan buat para pembacanya. Dengan pengertian itu, maka Anda bisa menentukan mana yang termasuk menulis kreatif dan mana yang bukan. Jadi, menyalin sebuah tulisan bukanlah menulis kreatif. Menulis rangkaian kata tanpa mengetahui artinya juga bukan termasuk menulis kreatif.

Bentuk-bentuk Karya Tulis
Secara garis besar, tulisan dibedakan menjadi fiksi dan non-fiksi.
1.      Fiksi
Sesuai dengan namanya, fiksi bersifat fiktif atau rekaan penulis semata. Maka dari itu, karangan berbentuk fiksi sangat mengandalkan daya khayal atau imajinasi penulisnya. Meski demikian, penulis fiksi yang baik tentu tidak menulis sembarangan, melainkan harus tetap memperhatikan beberapa hal. Antara lain alur cerita/plot, setting, penokohan, dan konflik.
Contoh fiksi: cerpen, novel, novelette, naskah drama.
2.      Non-fiksi
Berbeda dengan fiksi, tulisan non-fiksi harus berangkat dari realita dan berdasarkan data sebenarnya. Dalam hal ini, penulis harus berpegang pada kaidah 5W+1H (what, who, where, when, why+how). Ada kalanya penulis tetap harus menggunakan sedikit imajinasinya agar tulisan yang dia buat tidak kaku dan membosankan.
Contoh non-fiksi: karya ilmiah, berita, opini (baik berupa artikel, kolom, essai, editorial, maupun resensi)

Namun seiring perkembangan zaman, pembagian jenis karya tulis pun mengalami penambahan. Saat ini ada yang disebut Faksi (Fakta Fiksi), yaitu penggabungan antara bentuk pertama dan kedua di atas. Faksi berangkat dari realita, namun ditulis sedemikian rupa hingga menjadi seperti cerita. Model tulisan seperti ini lebih mudah masuk ke pikiran dan perasaan pembaca, hingga dapat memengaruhi mereka.

Mencari Ide untuk Menulis Kreatif
Sebelumnya, Anda perlu mengetahui kecenderungan Anda sendiri. Lebih cocok menulis fiksi karena Anda orang yang penuh imajinasi, atau Anda lebih tertarik menulis non-fiksi? Setelah Anda mengenali tipe dan kecenderungan Anda, kini saatnya mencari ide. Gagasan atau ide bisa muncul dari mana saja. Yang terpenting adalah Anda bisa menangkap ide itu lalu mencurahkannya menjadi karya tulis. Seorang penulis sejati bisa memperoleh ide dari manapun, dalam keadaan apapun. Untuk pemula, hal-hal berikut ini bisa dijadikan sumber ide.
a.      Pengalaman pribadi
Banyak penulis yang memulai keterampilan menulisnya dengan menulis buku harian. Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia termasuk penulis kawakan yang memulai dari membuat catatan harian. Anda mungkin menganggap buku harian Anda atau seseorang yang Anda kenal biasa saja. Tapi berbeda halnya jika Anda atau orang yang Anda kenal itu menjadi tokoh ternama. Maka catatan hariannya akan menjadi fenomenal pula. Misalnya, Catatan Harian Anne Frank, seorang remaja Jerman yang menulis catatan harian pada saat Perang Dunia kedua. Catatannya menjadi aset yang sangat penting dan terkenal seantero dunia. Sayangnya dia tidak sempat menikmati popularitas tersebut karena meninggal di pengungsian. Catatan Harian lain yang terkenal adalah yang ditulis oleh Ahmad Wahib dan Soe Hok Gie.
b.      Hal-hal yang disukai
Anda bisa mendapatkan ide dari hobi dan hal-hal yang Anda sukai. Misalnya, Anda menyukai travelling. Maka Anda bisa menuliskan hal-hal yang berhubungan dengan perjalanan atau rekreasi. Contohnya, Anda bisa menulis tentang “Kemegahan Jembatan Suramadu”, “Tips Mengatasi Mabuk Perjalanan”, “Kiat Nyaman dan Aman Mengendarai Motor”, dan masih banyak lagi gagasan lainnya. Atau, Anda suka berkebun? Anda bisa menulis tentang tata cara berkebun yang baik mulai dari memilih bibit hingga panen. Jika Anda menuliskan sesuatu yang Anda sukai, maka Anda akan menuliskannya dengan tanpa beban.
c.       Hal-hal yang dipahami dengan baik
Pengetahuan seseorang tentang suatu hal dapat memberinya ide yang terus mengalir. Ulama-ulama salaf pada zaman dahulu bisa menulis berjilid-jilid buku meskipun hanya memakai peralatan seadanya. Mereka bisa menulis seperti itu karena pemahaman yang mendalam tentang sesuatu atau bahkan beberapa hal. Sebagai contoh, Imam Al-Ghazali, Imam As-Suyuthi, dan banyak ulama lain dengan karya-karya mereka yang luar biasa. Di zaman sekarang, Anda juga bisa menuliskan hal-hal yang Anda pahami dengan baik. Seorang siswa yang ahli Biologi atau pelajaran apapun bisa menuliskan hal-hal yang berhubungan dengan keahliannya tersebut. Jangan sekali-sekali menulis tentang hal yang tidak Anda pahami. Misalnya, Anda tidak tahu menahu tentang Astronomi tetapi dipaksa dalam waktu singkat untuk menulis tentang itu. Bisa jadi, Anda belajar sebentar dari internet atau buku-buku di perpustakaan. Tapi hasilnya tentu tidak akan maksimal.
d.      Pergaulan yang luas
Setiap orang memiliki kisah hidup yang berbeda dari orang lain. Bahkan orang kembar pun akan memiliki kisah yang berbeda satu sama lain. Jadi jika Anda mempunyai seratus teman, maka seharusnya Anda sudah memiliki seratus kisah yang berbeda. Itu tergantung dari kejelian kita dalam menangkap ide. Tentu saja tidak semua teman kita mau kisah hidupnya diekspos. Tapi kalau kita akan menulis fiksi, maka bisa saja kita menggabungkan kisah beberapa orang teman menjadi satu kisah baru yang utuh dan berbeda. Saat ini pergaulan tidak hanya terbatas pada kawan yang ada di sekitar kita. Dengan adanya jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan sebagainya, memungkinkan seseorang untuk memiliki ribuan kawan. Tentunya, ribuan kisah dapat ditulis.
e.       Bacaan dan tontonan
Hampir seluruh penulis mempunyai hobi membaca. Karena dengan banyak membaca, maka ide untuk menulis akan semakin banyak. Dengan banyak membaca, Anda akan kaya bahasa.  Anda juga akan banyak mendapatkan informasi dan pengetahuan untuk mendukung tulisan Anda. Jika tidak sempat membaca, maka menonton film juga bisa menjadi sumber ide. Kadangkala dari menonton sebuah kisah mengesankan, kita mendapat ide untuk menuliskan hal serupa.

Masih banyak lagi cara untuk mendapatkan ide. Jika dikumpulkan bisa mencapai puluhan bahkan ratusan cara untuk menyulut gagasan. Jika Anda sudah mempunyai sebuah ide, maka “tangkaplah” dan “penjarakan” ide tersebut agar tidak terlepas. Banyak penulis melakukan tips seperti itu agar tidak lupa dengan ide yang baru didapat. Bisa dengan menuliskannya di buku kecil, bahkan bisa dicatat di ponsel.
Langkah selanjutnya setelah mendapat ide adalah mengembangkan imajinasi agar gagasan itu menjadi sebuah “calon tulisan” yang utuh. Tuliskan poin-poin penting yang akan Anda tulis. Jika Anda menemukan susunan kata yang Anda pikir bagus dan mendukung tulisan Anda, tulis dan kumpulkan. Biarkan otak Anda membuat peta. Tidak apa-apa meskipun ide Anda berserakan. Kumpulkan serpihan-serpihan ide tersebut, lalu Mulai Beraksi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar