Menulis Kreatif; Apa dan Bagaimana?
Oleh Fera Andriani Djakfar
Di zaman modern ini, hampir setiap orang bisa menulis.
Ibu rumah tangga menulis resep masakan, murid-murid menulis pelajaran, para
pemakai ponsel menulis SMS, pengguna jejaring sosial menuliskan status, penulis
membuat cerpen atau novel, wartawan menulis berita, dan banyak lagi contoh yang
kita jumpai. Namun apakah semua bisa disebut menulis kreatif? Apakah mereka
semua dapat disebut penulis? Belum tentu!
Menulis kreatif adalah proses menyusun kata-kata
hingga menjadi sebuah karya yang utuh, berdasarkan ide sendiri. Menulis kreatif
dimaksudkan untuk menyampaikan sebuah pesan buat para pembacanya. Dengan
pengertian itu, maka Anda bisa menentukan mana yang termasuk menulis kreatif
dan mana yang bukan. Jadi, menyalin sebuah tulisan bukanlah menulis kreatif.
Menulis rangkaian kata tanpa mengetahui artinya juga bukan termasuk menulis
kreatif.
Bentuk-bentuk Karya Tulis
Secara garis besar, tulisan dibedakan menjadi fiksi
dan non-fiksi.
1.
Fiksi
Sesuai dengan namanya, fiksi bersifat fiktif atau
rekaan penulis semata. Maka dari itu, karangan berbentuk fiksi sangat
mengandalkan daya khayal atau imajinasi penulisnya. Meski demikian, penulis
fiksi yang baik tentu tidak menulis sembarangan, melainkan harus tetap
memperhatikan beberapa hal. Antara lain alur cerita/plot, setting, penokohan,
dan konflik.
Contoh fiksi: cerpen, novel, novelette, naskah drama.
2.
Non-fiksi
Berbeda dengan fiksi, tulisan non-fiksi harus
berangkat dari realita dan berdasarkan data sebenarnya. Dalam hal ini, penulis
harus berpegang pada kaidah 5W+1H (what, who, where, when, why+how). Ada
kalanya penulis tetap harus menggunakan sedikit imajinasinya agar tulisan yang
dia buat tidak kaku dan membosankan.
Contoh non-fiksi: karya ilmiah, berita, opini (baik
berupa artikel, kolom, essai, editorial, maupun resensi)
Namun
seiring perkembangan zaman, pembagian jenis karya tulis pun mengalami
penambahan. Saat ini ada yang disebut Faksi (Fakta Fiksi), yaitu penggabungan
antara bentuk pertama dan kedua di atas. Faksi berangkat dari realita, namun
ditulis sedemikian rupa hingga menjadi seperti cerita. Model tulisan seperti
ini lebih mudah masuk ke pikiran dan perasaan pembaca, hingga dapat memengaruhi
mereka.
Mencari Ide
untuk Menulis Kreatif
Sebelumnya,
Anda perlu mengetahui kecenderungan Anda sendiri. Lebih cocok menulis fiksi
karena Anda orang yang penuh imajinasi, atau Anda lebih tertarik menulis non-fiksi?
Setelah Anda mengenali tipe dan kecenderungan Anda, kini saatnya mencari ide.
Gagasan atau ide bisa muncul dari mana saja. Yang terpenting adalah Anda bisa
menangkap ide itu lalu mencurahkannya menjadi karya tulis. Seorang penulis
sejati bisa memperoleh ide dari manapun, dalam keadaan apapun. Untuk pemula,
hal-hal berikut ini bisa dijadikan sumber ide.
a. Pengalaman pribadi
Banyak penulis yang memulai keterampilan
menulisnya dengan menulis buku harian. Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia termasuk
penulis kawakan yang memulai dari membuat catatan harian. Anda mungkin
menganggap buku harian Anda atau seseorang yang Anda kenal biasa saja. Tapi
berbeda halnya jika Anda atau orang yang Anda kenal itu menjadi tokoh ternama.
Maka catatan hariannya akan menjadi fenomenal pula. Misalnya, Catatan Harian
Anne Frank, seorang remaja Jerman yang menulis catatan harian pada saat Perang
Dunia kedua. Catatannya menjadi aset yang sangat penting dan terkenal seantero
dunia. Sayangnya dia tidak sempat menikmati popularitas tersebut karena
meninggal di pengungsian. Catatan Harian lain yang terkenal adalah yang ditulis
oleh Ahmad Wahib dan Soe Hok Gie.
b. Hal-hal yang disukai
Anda bisa mendapatkan ide dari hobi dan
hal-hal yang Anda sukai. Misalnya, Anda menyukai travelling. Maka Anda
bisa menuliskan hal-hal yang berhubungan dengan perjalanan atau rekreasi.
Contohnya, Anda bisa menulis tentang “Kemegahan Jembatan Suramadu”, “Tips
Mengatasi Mabuk Perjalanan”, “Kiat Nyaman dan Aman Mengendarai Motor”, dan
masih banyak lagi gagasan lainnya. Atau, Anda suka berkebun? Anda bisa menulis
tentang tata cara berkebun yang baik mulai dari memilih bibit hingga panen. Jika
Anda menuliskan sesuatu yang Anda sukai, maka Anda akan menuliskannya dengan
tanpa beban.
c. Hal-hal yang dipahami dengan baik
Pengetahuan seseorang tentang suatu hal
dapat memberinya ide yang terus mengalir. Ulama-ulama salaf pada zaman dahulu
bisa menulis berjilid-jilid buku meskipun hanya memakai peralatan seadanya.
Mereka bisa menulis seperti itu karena pemahaman yang mendalam tentang sesuatu
atau bahkan beberapa hal. Sebagai contoh, Imam Al-Ghazali, Imam As-Suyuthi, dan
banyak ulama lain dengan karya-karya mereka yang luar biasa. Di zaman sekarang,
Anda juga bisa menuliskan hal-hal yang Anda pahami dengan baik. Seorang siswa yang
ahli Biologi atau pelajaran apapun bisa menuliskan hal-hal yang berhubungan
dengan keahliannya tersebut. Jangan sekali-sekali menulis tentang hal yang
tidak Anda pahami. Misalnya, Anda tidak tahu menahu tentang Astronomi tetapi
dipaksa dalam waktu singkat untuk menulis tentang itu. Bisa jadi, Anda belajar
sebentar dari internet atau buku-buku di perpustakaan. Tapi hasilnya tentu
tidak akan maksimal.
d. Pergaulan yang luas
Setiap orang memiliki kisah hidup yang
berbeda dari orang lain. Bahkan orang kembar pun akan memiliki kisah yang
berbeda satu sama lain. Jadi jika Anda mempunyai seratus teman, maka seharusnya
Anda sudah memiliki seratus kisah yang berbeda. Itu tergantung dari kejelian
kita dalam menangkap ide. Tentu saja tidak semua teman kita mau kisah hidupnya
diekspos. Tapi kalau kita akan menulis fiksi, maka bisa saja kita menggabungkan
kisah beberapa orang teman menjadi satu kisah baru yang utuh dan berbeda. Saat
ini pergaulan tidak hanya terbatas pada kawan yang ada di sekitar kita. Dengan
adanya jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan sebagainya, memungkinkan
seseorang untuk memiliki ribuan kawan. Tentunya, ribuan kisah dapat ditulis.
e. Bacaan dan tontonan
Hampir seluruh penulis mempunyai hobi
membaca. Karena dengan banyak membaca, maka ide untuk menulis akan semakin
banyak. Dengan banyak membaca, Anda akan kaya bahasa. Anda juga akan banyak mendapatkan informasi
dan pengetahuan untuk mendukung tulisan Anda. Jika tidak sempat membaca, maka
menonton film juga bisa menjadi sumber ide. Kadangkala dari menonton sebuah
kisah mengesankan, kita mendapat ide untuk menuliskan hal serupa.
Masih banyak
lagi cara untuk mendapatkan ide. Jika dikumpulkan bisa mencapai puluhan bahkan
ratusan cara untuk menyulut gagasan. Jika Anda sudah mempunyai sebuah ide, maka
“tangkaplah” dan “penjarakan” ide tersebut agar tidak terlepas. Banyak penulis
melakukan tips seperti itu agar tidak lupa dengan ide yang baru didapat. Bisa
dengan menuliskannya di buku kecil, bahkan bisa dicatat di ponsel.
Langkah
selanjutnya setelah mendapat ide adalah mengembangkan imajinasi agar gagasan
itu menjadi sebuah “calon tulisan” yang utuh. Tuliskan poin-poin penting yang
akan Anda tulis. Jika Anda menemukan susunan kata yang Anda pikir bagus dan
mendukung tulisan Anda, tulis dan kumpulkan. Biarkan otak Anda membuat peta.
Tidak apa-apa meskipun ide Anda berserakan. Kumpulkan serpihan-serpihan ide
tersebut, lalu Mulai Beraksi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar