Senin, 20 November 2023

Serial Addun dan Addin: Brownies dan Lego

 

Brownies dan Lego

Gambar dari https://indobrickville.com/everything-lego


Dengan wajah masam, Addun langsung nyelonong masuk ke rumah kontrakan Addin. Wajahnya kusut seperti sedang menahan kekesalan. Melihatnya, Addin segera memberi minum lalu bertanya.

“Ada apa, sih? Kok kayaknya lagi susah banget. Liburan masih panjang, lho!”

“Bukan susah, Din. Lebih tepatnya aku kesal, emosi, marah, tapi gak berdaya.”

“Hm… ada apa, sih?”

“Gini nih, aku kan lagi komentar di salah satu postingan tentang muallaf. Aku cuma nulis ucapan selamat datang kepada saudara baru, dan selamat mendapatkan hidayah, gitu aja sih. Eh, ternyata ada yang menanggapi, sepertinya dia nonis.*  Katanya, ‘Apaan hidayah? Agama ribet banyak aturan’, begitu tulisnya. Aku kan kesel banget, tapi mau membalas gak berdaya. Malah ada sedikit bisikan dalam hati, Eh, bener juga, ya. Banyak sekali aturan dalam Islam”, kata Addun dengan jujur.

“Istighfar dulu, Dun…!”

“Astaghfirullah…! Iya, aku sadar ini godaan setan. Akan tetapi, misalnya ada juga seorang muslim yang berpikiran begitu gimana? Merasa ribet lah dengan banyak aturan, ibadah ini itu, gak boleh ini itu…!”

“Oke, oke. Aku mau ngajakin kamu masak brownies, lalu kita main lego. Kebetulan Lego yang aku pesan sudah sampai dari kemarin, hanya saja belum sempat aku susun. Bantuin, ya. Deal?”

“Din, aku ini serius mau cari jawaban kok malah diajak masak-masak dan main-main.”

Namun, Addin seolah tidak mendengarkan protes Addun. Dia malah keluar rumah dan mengambil motornya. Mau tidak mau Addun pun ikut meski sambil bertanya-tanya apa maksud sahabatnya.

Tujuan pertama mereka ada sebuah toko bahan kue. Addin mengambil dua paket bahan brownies berbeda merk. Setelah itu, mereka kembali ke kontrakan Addin.

“Yuk, masak kue brownies, Dun!” Ajak Addin.

“Aku gak bisa, lah Din. Kamu sendiri bisa gak?” Addun balik bertanya.

“Sama, aku juga belum bisa,” jawab Addin dengan enteng.

“Lah terus ngapain kita nekad? Ayo bawa ke rumahku ajalah, minta masakin ke Bunda!”

“Eit, tenang dulu. Ini lho ada tutorial memasak di setiap kemasan. Kamu pilih merk A atau B?” tanya Addin.

Addun membandingkan dua kemasan yang sama-sama berisi bahan kue brownies. Dia membaca komposisi dan cara memasak yang ada di sana, lalu memilih salah satunya.

“Kenapa milih yang ini?” Tanya Addin menyelidik.

“Paket yang ini lebih lengkap, tutorialnya lebih detil, takaran untuk tiap bahannya jelas banget, pembagian waktu untuk tiap prosesnya jelas. InsyaAllah anti gagal, deh. Berbeda dengan yang satu lagi, gak jelas gitu. Bisa-bisa malah menyesatkan.”

“Bagus…!” Addin hanya berkomentar singkat. Addun sejenak bingung, kemudian asyik dengan resep di depannya. Acara mempersiapkan kue pun sukses, hanya tinggal menunggu matangnya brownies yang sedang dikukus. Mereka pun memasang alarm agar kue matang tepat waktu, dan terhindar dari insiden kue gosong seperti di film-film.

Sambil menunggu matangnya kue, Addin membuka kemas Lego yang baru dibelinya dan Addun merekam proses itu. Rekaman ini sangat penting dalam proses buka kemas, agar jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai pesanan, konsumen mempunyai bukti untuk mengajukan komplain.

Addin bersyukur karena pesanannya komplit. Ada beberapa kantong plastik berisi potongan lego yang dikemas sesuai kriteria tertentu dan diberi nomor urut, serta terdapat pula buku petunjuk. Lego pesanannya bertema arsitektur bangunan modern di perkotaan, lengkap dengan mobil, jalanan, dan berbagai rambu lalu lintas. Total ada 800-an  brick yang harus disusun.

Tak lama kemudian mereka asyik membentuk brick-brick lego itu menjadi berbagai macam bentuk. Aktivitas mereka terjeda bunyi alarm, pertanda brownies sudah matang. Sambil menikmati kue, mereka terus menyusun lego berdasarkan buku petunjuk.

sumber gambar dari https://www.palmia.co.id/resep/camilan/brownies-kukus-coklat


"Keren nih rumah...!" Seru Addun setelah berhasil menyusun bangunan lantai dasar. Pasti mahal ini harganya, Din." Komentar Addun yang hanya dibalas senyum tipis oleh Addin karena dia sedang asyik menyusun sebuah bus tingkat.

Ketika Addun sedang asyik menyusun bangunan lantai tiga, tiba-tiba Addin menyembunyikan buku petunjuk. Addun pum bingung bukan kepalang. Lantai tiga bangunan yang harusnya berisi kamar tidur, perpustakaan dan kamar mandi itu belum selesai dirakit. Dia mencari-cari buku petunjuk itu ke bawah meja ruang tamu, kolong tempat tidur Addin, bahkan ke dapur. Tempat sampah pun sempat diliriknya sekilas.

“Din, buku petunjuknya mana?”

“Buat apa?” Jawab Addin santai.

“Ya agar kita bisa menyusun lego ini dengan tepat, sehingga tersusun rapi semuanya sesuai aturan.”

“Jadi, menurutmu petunjuk dan aturan itu penting?”

“Ya iyalah…!”

“Tutorial untuk masak tadi juga penting?”

“Ya iyalah, buktinya kita bisa sukses memasak kue.”

“Nah, baru sebatas membuat kue dan menyusun lego saja kamu menyadari betapa  pentingnya aturan dan petunjuk yang detil. Bagaimana dengan menjalani hidup di dunia ini?” Addin melemparkan pertanyaan sambil menyerahkan buku petunjuk lego yang tadi dia sembunyikan.

Sejenak Addun terdiam, berpikir. Setelah itu dia mengangguk-angguk mantap.

“Yes, aku sudah dapat bahan untuk mendebat warganet tadi!”

“Stop, Dun. Sudah, gak usah debat begitu. Ujung-ujungnya akan memancing cyberbullying dan hanya bikin rame yang unfaedah,” jelas Addin.

“Hm, gak janji juga ya Din. Takutnya aku terpancing emosi, hehe.” 

Setelah hari menjelang sore, Addun pun pamit pulang dengan membawa sebuah pelajaran berarti, bukan sekedar memasak brownies dan bermain lego.

Bangkalan, 21 November 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar